Selingga.com (11/07) Dabo. Ketua TP PKK Kabupaten Lingga, Maratusholiha Nizar, bersama Ketua Dekranasda Kabupaten Lingga, Feby Sarianty Novrizal, memelopori gerakan penanaman cabai di halaman Gedung Daerah Dabo Singkep pada Jumat pagi (11/7/2025). Aksi ini merupakan bagian dari upaya sinergis dengan Dinas Pertanian Lingga untuk mengendalikan inflasi dan meningkatkan ketahanan pangan lokal.
Kegiatan yang melibatkan langsung Maratusholiha dan Feby dalam menanam cabai ini, bukan sekadar seremonial. Keduanya tampak langsung berinteraksi dengan tanah, menunjukkan komitmen nyata dalam aksi ini. Ahmad Zahari, S.P., POPT Ahli Muda dari Dinas Pertanian Lingga, turut hadir mendampingi serta memberikan dukungan teknis.
Gerakan ini dilatarbelakangi oleh fluktuasi harga cabai yang kerap menjadi pemicu inflasi. Dengan mengajak instansi pemerintah dan masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan, diharapkan pasokan cabai dapat lebih stabil dan mandiri.
“Program ini harapannya bisa meningkatkan ketahanan pangan keluarga, kesejahteraan masyarakat, dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan,” ujar Maratusholiha Nizar.
Inisiatif ini diharapkan dapat menginspirasi instansi pemerintah lainnya di Kabupaten Lingga untuk memanfaatkan lahan kosong di lingkungan kantor sebagai kebun produktif. Tidak hanya cabai, penanaman komoditas lain seperti tomat, kangkung, atau serai juga dapat dilakukan. Jika setiap kantor memiliki kebun kecil, lahan yang sebelumnya tidak termanfaatkan dapat menjadi sumber pangan bagi pegawai, sekaligus menekan pengeluaran rumah tangga.
Lebih lanjut, diharapkan gerakan ini juga merambah ke lingkungan masyarakat. Pekarangan rumah yang selama ini sering kosong, dapat diubah menjadi lahan produktif untuk menanam berbagai jenis sayuran, termasuk cabai rawit. Hal ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan keluarga, tetapi juga berpotensi memenuhi kebutuhan pangan dalam skala RT.
Dalam situasi ekonomi saat ini, di mana harga kebutuhan pokok cenderung tidak stabil, pendekatan menanam sendiri dianggap sebagai solusi realistis dan edukatif. “Tidak perlu seminar atau teori yang rumit, cukup lihat langsung Bu PKK tanam cabai, lalu tiru di rumah,” tambah Maratusholiha, menekankan pendekatan praktis dalam edukasi publik.
Gerakan menanam cabai ini dimaknai lebih dari sekadar budidaya tanaman. Cabai di sini menjadi simbol perlawanan terhadap ketergantungan pada pasokan luar, harga yang melambung tinggi, dan gaya hidup konsumtif. Revolusi kecil ini diyakini dapat dimulai dari halaman kantor pemerintah daerah, dan diharapkan dapat menular ke seluruh elemen masyarakat.
Instansi-instansi yang masih membiarkan halamannya ditumbuhi rumput liar diimbau untuk segera mengikuti jejak PKK Lingga. Langkah sederhana seperti menanam cabai dianggap sebagai tindakan revolusioner di tengah potensi krisis pangan. Bahkan, ke depannya, para pegawai honorer pun diharapkan dapat turut merasakan manfaatnya dengan membawa pulang hasil panen, yang dinilai lebih bermakna daripada sekadar mendengarkan pidato motivasi.(red)