Lingga – Bermodalkan kayu bulat dengan diameter 10 centimeter dan beberapa lembar papan disusun memanjang hingga 329 meter kelaut, jadilah sebuah pelantar kayu dusun III Penarik Desa Kelumu. Pelantar yang baru berumur 40 hari tersebut, saat ini telah menggantikan fungsi pelabuhan Tanjung Buton sebagai pintu masuk transportasi lokal Jagoh-Tanjung Buton, Daik Lingga.
Pembangunan pelantar ini berawal dari niat besar warga dusun yang tak sampai hati melihat penumpang speed Jagoh yang umumnya para pegawai pemerintahan tersebut mengarungi pantai ketika air laut sedang surut.
Marjoni, salah seorang warga sekaligus ketua pengerak pembangunan pelantar, memaparkan, lebih kurang 40 hari pembangunan pelantar sederhana tersebut di kerjakan oleh warga. Pembangunan ini berawal ketika speed Jagoh mulai aktif masuk ke pelantar lama dusun III penarik. Pelantar lama ini tidak dapat di sadar perahu kalau air laut sedang surut di siang hari. Karena kondisi tersebut memaksa penumpang harus berjalan mengarungi pantai sejauh 200 meter untuk tiba sampai ke darat. Melihat kondisi ini, warga dusun tak sampai hati.
“Kami tak sampai hati melihatnya, kami bangun lah yang sederhana ini di sebelah pelantar lama,” ungkap Marjoni, usai menawarkan ojek kepada penumpang di pangkal pelantar tersebut, Rabu (22/4).
Dilanjutkan Roni, dengan modal pas-pasan hasil sumbangan warga yang hanya berjumlah 30 kepala keluarga (KK), ditambah bantuan swadaya dari pemilik transportasi laut dan para penumpang yang tergerak hatinya, kemudian warga bergotong royong membangun pelantar sederhana tersebut.
“Uang yang terkumpul kita belikan papan paku dan bahan lain, sementara kayu nya, ada yang kita ambil sendiri kehutan dan ada juga yang kita beli,” jelasnya.
Pelantar yang beberapa hari lalu, dilewati Wakil Bupati Lingga dan beberapa anggota DPRD Kabupaten Lingga tersebut, Dikatakan Joni, sudah beberapa kali diusulkan oleh warga dusun III Penarik. Namun, hasilnya kerap kali dipending. Meskipun sudah dijanjikan, namun ada saja yang menghalangi pembangun itu terealisasi.
“Kemarin sudah mau dibangun ditempat kita, tapi dialihkan pembangunannya ke desa serteh. Baru-baru ini juga dialihkan lagi ke desa Sembuang,” katanya.
Dari pada terus menunggu sesuatu yang tak jelas, dilanjutkannya lagi, maka warga mengambil inisiatif untuk membangun pelantar ini sendiri tanpa bantuan dari pemerintah daerah, terlebih lagi pemerintah desa Kelumu. Meski hanya mampu membuat yang sederhana, tapi manfaatnya bisa menggantikan fungsi Pelabuhan Tanjung Buton, “Selama ini, kita merasa dianak-tirikan,” ungkapnya.
Dengan adanya pelantar tersebut, Roni menambahkan, ekonomi warga dusun III Penarik, perlahan mulai tumbuh secara baik. Warga yang memiliki motor bisa ngojek atau menyewakan kendaraannya. Sebagian warga yang kuat, bisa jadi buruh angkut, yang memiliki modal bisa membuka warung. Ini yang menjadi imbas balik dari keiklasan warga tersebut.
“Setidaknya, saat ini kita bisa melihat tumbuhnya ekonomi warga dusun penarik. Dulu kalau tidak melaut, kita kehutan. Sekarang kita sudah bisa ngojek, menyewakan motor, buka warung, jadi buruh angkut dan banyak lagi yang bisa kita kerjakan dengan keberadaan pelantar ini,” ungkapnya.
Ditempat yang sama seorang pemilik armada transportasi laut, Helmi menjelaskan, sejak harga BBM merangkak naik, armada laut kewalahan meletakkan tarif transportasi, jika harga tinggi justru membuat transportasi menjadi lesu.
Karena kondisi yang seperti itu, dia mengatakan, para pemilik speed yang selama ini melayani rute Jagoh-Tanjung buton, mengalihkan rute ke Penarik guna menghindari tarif tinggi. Ditambah jarak tempuh yang hanya 15 menit perjalanan laut, jalur ini bahkan diminati para pejabat dan pegawai kantor pemerintahan Kabupaten Lingga.
“Sekarang para pejabat dan pegawai lebih memilih rute Jagoh-Penarik, dari pada Tanjung buton. Selain lebih murah, mereka juga lebih sebentar berada dilaut,” ungkapnya.
Helmi mengakui, keberadaan pelantar yang dibangun warga penarik ini sangat membantu regulasi transportasi lokal Dabo-Daik. Meski hanya sederhana, namun bermanfaat lebih untuk semua. “Kita sebagai pengguna fasilitas juga merasa terbantu dengan adanya pelantar ini. Meski sederhana, namun sangat berguna,”tutupnya. (Ard)