Selingga.com (20/07) Dabo. Setelah menunggu kurang lebih setengah jam,Pebri pitriyana (16) tahun tampak diantar oleh paman nya Iwan Supripahmi (34) bersama seorang anak Iwan menggunakan motor bebek yang sudah tidak nampak berbentuk asli nya lagi. Hari Selasa (19/07) tadi memang dua rekanan wartawan Dabo sudah berjanji untuk mendampingi Pitri (16) untuk menghadap pihak Sekolah SMPN 1 Dabo.
Pitri,biarpun usia nya sudah menginjak 16 tahun,namun tahun ini baru buat nya untuk melangkahkan kaki nya di bangku SMP. Namun hampir saja keinginan dari anak yang tinggal menumpang di rumah paman nya Iwan Supripahmi itu gagal melanjutkan sekolah nya. Ketiadaan biaya memang menjadi faktor utama permasalahan yang ada. Biarpun sekolah saat ini sudah digratiskan,namun untuk pakaian seragam,memang masih menjadi tanggungan wali murid. Sementara bapak kandung pitri pun sampai saat ini tidak diketahui dimana hutan rimba nya. Sementara ibu nya yang kini masih tinggal di Batam dan sudah menikah lagi,tidak dapat berbuat banyak untuk tetap menyekolah kan Pitri. Lagi-lagi karena keadaan.
” Yang ada sekarang ini,bukan Bapak kandung nya,tetapi Bapak tiri. Bapak kandung nya sudah meninggalkan ibu nya,sudah tidak tahu lagi merantau kemana. Jadi ibu nya kawin lagi,dan tinggal di Batam. Suami nya sekarang ini kerja serabutan juga,kadang-kadang ke laut. Ekonomi mereka pun termasuk orang tak mampu juga. Pitri pun sebelum ikut saya,tinggal dengan ibu nya.Setelah itu dititipkan ke nenek nya di Natuna.Baru lah kemudian kembali lagi ke Dabo,tinggal dengan saya sampai tamat sekolah SD nya di sini. Kalau saya pun bukan orang mampu juga.Saya sehari-hari bekerja sebagai buruh lepas.Anak saya ada 5 orang.”Kata sang paman.
Diruangan tamu majelis guru SMPN 1 Dabo,Pitri dengan penampilan seadaanya siang itu lebih banyak berdiam diri duduk disamping paman nya Iwan.Sementara diruangan yang sama,Amiruddin selaku Kepala Tata Usaha SMPN 1 Dabo mensupport keinginan kuat dari Pitri untuk tetap melanjutkan sekolah nya.
” Asalkan anak kita ini benar-benar berkeinginan untuk sekolah. Jangan sampai sekolah hanya setahun,tahun depan sudah berhenti. Pada prinsip nya program belajar 9 tahun itu harus dijalankan. Dan terhadap Pitri,sekolah ini tidak keberatan. Apalagi kalau memang betul-betul ingin sekolah. Jangan pula nanti anak berhenti,sekolah yang disalahkan. Yang jelas nya dengan catatan si anak betul-betul ingin sekolah. Kalau untuk pakaian,memang disekolah ini perlu berupa seragam putih-biru lengkap dari topi sampai kaus kaki. Baju kurungnya 1 stel,baju olah raga 1 stel,baju pramuka 1 stel,baju batik nya satu.”Kata Amirudin dengan penyampaian yang bersahabat.
Penyampaian Amiruddin pun senada juga yang disampaikan oleh Kepala Sekolah SMPN 1 Dabo Drs.Effendi kepada Selingga.com setelah sesaat memasuki ruang tamu di Majelis Guru tersebut.
” Sekolah sekarang ini pada dasar nya tidak bayar,cuma pakaian saja yang harus (bayar).Untuk anak yang kurang mampu,kita coba usahakan bantu,bagaimana cara nya.Hanya nanti jangan pula berhenti.Karena sebelumnya ini,kami sudah pernah bantu juga.Namun sayang nya ada juga yang berhenti sekolah.Ini yang kita sayangkan juga.Tetapi kalau mau betul-betul sekolah sampai tamat,kita akan dukung.Terutama.bagi anak yang kurang mampu. Bagaimana pun mereka harus bisa tetap melanjutkan pendidikannya.”Kata Drs.Effendi dengan bahasa yang sederhana dan jelas.
Kerisauan Pitri dengan bayangan yang menakutkan akan putus nya pendidikan,sempat membuat remaja tanggung ini seperti orang yang sedikit mengalami stres. Sampai-sampai sang paman yang tidak ingin hal tersebut menjadi belarut-larut dan berakibat kurang baik bagi perkembangan jiwa nya,membawa Pitri ikut dengan nya pergi menyenso papan. Hal ini di paparkan oleh sang paman Iwan Supripahmi, di hadapan Kepala Sekolah dan Kepala Tata Usaha SMPN 1 Dabo.
” Semenjak lulus SD tadi ini,Pitri sempat seperti orang sedih dan langsung berubah pikiran. Memang kalau malam-malam sering menung sendiri dan seperti orang yang sedang berpikir. Kemudian sering saya lihat,dia mengambil buku dan belajar sendiri. Jadi saya berpikir,berarti Pitri ini kuat mau sekolah. Hal inilah menambahkan keyakinan saya tak kala Pitri ngomong ke saya “bagaimana pun Pak De,saya tetap mau sekolah.”Disitu saya semakin berpikir lagi.Hanya saja keadaan saya tidak memungkinkan juga. Pitri pun sempat juga ikut saya pergi nyenso kayu dengan anak saya.Saya anggap,biar lah dia ikut,paling tidak bisa sedikit menghibur Pitri yang masih kuat teringat akan keinginannya untuk sekolah.Lagi pula juga dari pada dia jadi stress nanti nya,biar lah dia bisa sedikit terhibur.Saya pun bilang sama Pitri,”kalau engkau dapat masuk sekolah,tanamkan lah niat betul-betul untuk sekolah.Biar jadi orang,dan tunjukkan kepada orang tua kita.”Papar Iwan Supripahmi menceritakan sekilas tentang Pitri.
Pitri yang masih tidak bisa berbicara banyak dan hanya menundukkan kepala nya saat paman nya bercerita,hanya mengatakan kalau ibu nya menyuruh nya untuk melanjutkan tahun depan,namun Pitri tidak mau.
” Mamak suruh tunggu 1 tahun lagi.Saya tidak mau.Saya mau sekolah bang.”Kata Pitri singkat.Namun nampak secercah harapan mengalir dari sorotan remaja tanggung ini ketika meninggalkan ruangan Majelis Guru SMPN 1,siang itu.Sementara itu,untuk biaya pakaian seragam Pitri,ditanggung oleh pihak “Garda Terbilang”.(Im).