Selingga.com (18/10) Dabo.Kali ini sektor perikanan mulai digesa pihak Pemerintah Kabupaten Lingga.Salah satunya dengan menjajaki kerjasama pengembangan industri pengalengan dan tepung ikan dengan PT. Sumber Yala Samudra sebagai salah satu perusahaan pengalengan, tepung dan minyak ikan terbesar di Banyuwangi Jawa Timur.
Dalam rilis nya,Bupati Lingga Alias Wello melalui Kadis Kelautan dan Perikanan Lingga Aang Abu Bakar mengatakan kerja sama tersebut merupakan langkah awal pihak nya dalam upaya menjajali rencana pengembangan industri perikanan di Lingga.
” Ini baru langkah awal untuk menjajaki rencana pengembangan industri perikanan di Lingga sesuai dengan agenda prioritas Bupati Lingga.”Kata Aang usai melakukan pertemuan dengan manajemen PT. Sumber Yala Samudra di Muncar, Banyuwangi pada Selasa (17/10/2017) lalu.
Hasil pertemuan tersebut pun akan segera dilaporkan pihak Aang kepada Bupati Lingga.Dan Aang juga mengharapkan dalam waktu dekat ini, sudah ada pertemuan lanjutan yang mengerucut pada rencana aksi.
“Hasil pertemuan ini segera kami laporkan ke pak Bupati. Sudah ada beberapa pilihan untuk kerjasama yang ditawarkan. Namun semua keputusannya,akan dikonsultasikan dengan pak Bupati. Doakan saja, semoga kerjasama ini bisa direalisir.”Kata Aang,masih dalam rilis nya melalui pihak Humas Pemkab Lingga.
Hadir dalam rombongan tersebut, yakni Kepala Dinas Penanaman Modal, PTSP dan Perdagangan Lingga, Raja Fahrurrazi, Konsultan Bupati Lingga, Ady Indra Pawennari, Kabid Industri Dinas Tenaga Kerja, Koperasi UKM dan Perindustrian Lingga, Mohammad Rahmayadi dan Staf Bappeda Lingga, Suma Selviyanto.
Direktur PT. Sumber Yala Samudra, David Wijaya dalam pertemuan tersebut, mengatakan, perusahaan pengalengan dan tepung ikan yang dibangunnya sejak 47 tahun lalu itu, membutuhkan bahan baku ikan segar sekitar 300 ton per hari.
“Jenis ikan yang kami pakai untuk produk ikan kaleng ini adalah ikan Lemuru. Dulu, ikan ini cukup banyak di Selat Bali. Tapi, sekarang sudah mulai menghilang. Karena itu, sekarang kami impor.”Kata David Wijaya.
Untuk menyiasati kelangkaan bahan baku itu, pihaknya terpaksa mendatangkan ikan Lemuru dari China, Jepang, Oman, Yaman dan Pakistan. Soal pemasaran produk, ia mengaku tak ada masalah. Bahkan, perusahaan yang dipimpinnya itu, belum bisa memenuhi permintaan pasar.
“Dulu, kami ekspor. Tapi, sejak tahun 2014, semua penjualan hanya untuk kebutuhan dalam negeri. Pasar terbesar kami Pulau Sumatera dan Kalimantan.”Tambah David,masih melalui rilis yang diterima pihak media melalui Humas Pemkab Lingga.
Menurut David, pabrik pengalengan ikan yang dibangunnya di atas lahan seluas 3,8 Ha itu, mampu menyerap tenaga kerja sekitar 700 orang yang dibagi atas tiga divisi kerja, yakni divisi pengalengan, tepung dan minyak ikan.
“Produk ikan kaleng ini kebanyakan untuk konsumsi di daerah perkebunan dan pertambangan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan tepung dan minyak ikan kebanyakan digunakan untuk bahan baku pakan ternak.”Papar David.
Setelah mendengarkan paparan tentang potensi perikanan Lingga, David mengaku tertarik untuk kerjasama investasi di Lingga. Namun, ia berharap Pemerintah Kabupaten Lingga dapat menyiapkan fasilitas lahan, pelabuhan dan coldstored.
“Untuk pasar, gampang sekali. Yang penting, bahan bakunya ada. Saran saya, bangun coldstored saja dulu. Karena, coldstored itu bisa dipindahkan jika bahan baku tak mencukupi. Beda dengan pabrik pengalengan ikan, bangunannya permanen dan tak bisa dipindah.”David sarannya.
Hadir mendampingi David saat menerima delegasi Lingga, yakni Kepala Divisi Produksi, Saori dan Kepala Divisi Quality Control, Ririn Aditama. (Im)