Selingga.com (25/05) Dabo. Baru-baru ini nelayan pulau Penaah dan sekitar nya terpaksa harus gigit jari. Musim sotong yang jadi tungguan buat mencukupi kebutuhan menjelang bulan Ramadhan,terkikis habis dengan keberadaan nelayan sotong dari luar yang menggunakan armada kapal spesialis penangkap sotong yang lumayan besar Gros Tonase nya. Kesal dengan keberadaan kapal besar nelayan luar dari Tanjung Balai Asahan Medan tersebut yang melakukan penangkapan diwilayah pancing mereka,membuat masyarakat nelayan desa Pena’ah dan sekitar nya ramai-ramai mengamankan kapal penangkap sotong itu.
Luapan kemarahan nelayan yang ada,hampir saja meledak dengan membakar kapal tersebut,seperti yang disampaikan salah seorang nara sumber yang enggan disebutkan nama nya kepada pihak media pada Rabu (25/05) tadi,melalui telepon selular.
” Sore kemarin (23/05) kapal ini di tangkap. Sudah 2 hari. Ceritanya kapal itu mau dibakar sama masyarakat,tetapi tidak jadi. Sudah diisi kayu,daun-daun kering. Kemudian datang aparat. Makanya tidak jadi (dibakar). Kapal ini yang kami dengar dari Tanjung Balai Asahan,Medan. Ijin nya kelaut Jawa sana,atau laut Natuna. Tetapi di bawak operasi di daerah pemancingan warga,di daerah Mensemut. Marah lah nelayan disana. Diperkirakan kapal ini sekali angkut bisa banyak ton hasil nya. Kapal nya mungkin sekitar 30 ton lebih,kalau saya taksir. Besar kapal nya. Kapal mereka itu di desain untuk menangkap sotong,tetapi ikan pun masuk. Jadi ikan orang mancing itu lari ke mereka,karena mereka memiliki lampu yang terang. Jadi di dalam radius beberapa kilometer,cahaya nya masih nyambung. Orang mancing pun untuk cari sotong jadi susah. Karena sotong jadi tidak ada lagi. Biasakan kalau musim ini,musm nelayan panen sotong. Dan menjadi tungguan nelayan pada musim ini. Bahkan kalau di Pulau Pena’ah,laki-laki dan perempuan kerja sotong ini.”Kata sumber tersebut.
AKBP Mudji Supriadi selaku Kapolres Lingga membenarkan adanya penahanan kapal penangkap sotong oleh masyarakat Pulau Pena’ah tersebut,ketika dikonfirmasi oleh pihak media melalui telepon selular pada Rabu (25/05) tadi.
” Kita juga belum tahu dan baru dapat laporan dari masyarakat saja. Setelah kita cross cek,di dalam nya menurut pihak DKP,tidak ada masalah. Ini jaring sotong,biasalah. Tidak ada masalah itu. Punya orang Karimun seperti nya. Sudah kita tangani. Tidak ada masalah,tidak ada pelanggaran hukum nya. Kita ajak mereka mediasi (dengan masyarakat). Dari pihak Camat sudah. Camat yang maju disitu kan,kita hanya bantu saja. Sudah selesai,tidak ada masalah. Salah paham saja sebenar nya. Sudah kita coba dengan jalan musyawarah antara warga dengan pemilik kapal,biar tidak ada gejolak.”Kata Kapolres Lingga dengan datar.
Apa pun cerita nya,masyarakat nelayan tradisional Lingga semesti nya di beri perhatian yang lebih besar. Mereka menentang badai dan mengarungi bibir gelombang,hanya mampu setakat memenuhi isi perut keluarga nya saja. Jauh dari kemewahan. Beda dengan nelayan besar yang mempunyai armada besar,dan juga penghasilan yang besar. Kalau lah daerah tangkapan nelayan kecil pun mau diambil alih oleh nelayan besar,sejauh apa kebijakan dari pembesar-pembesar negeri ini yang teritorial daerah nya sebagian besar di kelilingi oleh laut yang besar.(Im).