Komisi III DPRD Kabupaten Lingga berusaha menindaklanjuti permasalahan yang terjadi di sekolah dasar Negeri (SDN) 018 Teluk Nipah Desa Posek, Kecamatan Singkep Barat, terkait proses belajar mengajar yang kemarin sempat terhenti karena tidak ada satupun guru yang datang mengajar.
Sebelumnya, dari informasi yang dihimpun media ini, pihak wali murid akan menutup sekolah karena merasa keberadaan gedung sekolah tanpa seorangpun pengajar tidak berguna sama sekali. Dari hal tersebut, Anggota komisi III DPRD Lingga didampingi Disdikpora Lingga langsung melakukan kunjungan ke Teluk Nipah dan mengajak seluruh wali murid SD 018, untuk duduk bersama mencari solusi pemecahan masalah.
Ketua Komisi IIi DPRD Kabupaten Lingga, Drs Nurdin, menyarankan agar segala permasalahan dibicarakan secara interen terlebih dahulu, agar pokok permasalahan diketahui sebab segala permasalahan dapat dipecahkan bersama-sama, tanpa harus melakukan penutupan terhadap sekolah.
“Kita bangga, karena warga Teluk Nipah berani menyampaikan dan mengkritik dengan apa yang terjadi di sekolah, demi kebaikan dan kelancaran proses belajar mengajar terhadap para siswa,” kata Nurdin, di ruang SDN 018 Teluk Nipah, dihadapan para guru dan wali murid, Senin (21/4).
*
Sementara itu, Satria, Kepala Sekolah SDN 018 Teluk Nipah, mengatakan, SDN 018 Teluk Nipah, mempunyai 50 murid dengan 8 orang tenaga pengajar, 4 diantaranya guru PNS dan 4 lagi guru honorer. Saat kejadian penutupan yang dilakukan oleh para orang tua murid kemarin, para guru masih berada dilaut (dalam perjalanan) itu pun karena faktor angin yang kencang sehingga terlambat datang kesekolah. Berselang dua jam kemudian, Setelah sampai ternyata sekolah telah di tutup oleh warga, sehingga pada hari itu tidak ada kegiatan belajar mengajar.
Dia juga mengaku sudah lama tak masuk mengajar dengan alasan, sudah 28 Tahun dia mengajar di SDN 018. Atas dasar itulah dia minta pindah, namun sampai sekarang belum disetujui. Alasan lain, terkait proses belajar mengajar, para guru terkendala oleh laut, serta faktor cuaca yang sering mereka alami.
“Sekolah berada di daerah terpencil, air laut dan cuaca menjadi hambatan para guru untuk datang mengajar. Jadi 8 guru yang mengajar secara bergiliran disaat pulang, dan kejadian seperti ini baru kali ini terjadi,” jelas Satria.
Dalam pertemuan itu, Komite Sekolah Ahmad Badilah terang-terangan menyampaikan, sesuai pengamatannya. Seperti disebutkannya paling sering hadir di sekolah untuk mengajar hanya beberapa orang guru saja, itupun guru honor, sementara guru PNS jarang hadir untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai pendidik.
“Kami harapkan para guru sering hadir untuk mendidik anak-anak kami. Kalau yang hadir hanya dua atau tiga orang bagaimana mutu pendidikan menjadi baik. Kami juga meminta kepala sekolah aktif hadir, paling tidak 1 atau 2 kali hadir dalam satu minggu. Demi kelancaran pendidikan anak-anak, kita minta persoalan guru ini dapat diselesaikan,” imbuhnya.
Masih ditempat yang sama, Amran, mewakili orang tua murid, menyampaikan, dia juga mengaku sebelumnya pihak mereka sudah melakukan rapat untuk mencari solusi permasalahan guru di sekolah Teluk Nipah, dari rapat yang mereka laksanakan, kesepakatan di ambil agar proses belajar mengajar tetap berlanjut.
“Kami minta kegiatan belajar mengajar tidak hanya guru honor, seperti yang terjadi sebelumnya. Guru PNS juga kita minta aktif mengajar disekolah kami, karena apabila dalam kegiatan belajar mengajar hanya guru honor yang hadir bila terjadi sesuatu, guru honor mengadu kepada siapa,” pungkasnya. (ard)