Selingga.com (27/02) Dabo. Didirikan oleh H.Rida K Liamsi dan Agus Sutikno,”Sanggar Alang Dilaut” setelah sempat vakum beberapa waktu yang lalu mencoba kembali bergelut dengan dunia seni kesusastraan. Sanggar dengan motto “Merangkai Kata Mengucap Makna” ini memprogramkan kedepannya untuk menghimpun karya seni dalam bentuk puisi,sajak,pantun,karya tulis,film pendek dan segala yang berbau sastra. Terutama buat para pelajar di Lingga.
Sutarman,S.E,selaku Sekretaris Sanggar “Alang Dilaut” kepada Selingga.com ketika dihubungi via telepon selular pada Sabtu (27/02) tadi mengatakan kalau Sanggar “Alang Dilaut” pada dasarnya merupakan wadah yang bisa digunakan oleh peminat seni dalam mengekpresiasikan karya nya.
” Ya,memang kita sudah agak lama vakumnya. Namun bukan berarti tidak ada aktivitas. Dari anggota “Sanggar Alang Dilaut” sendiri pun sudah ada yang mengumpulkan karya sastra mereka dalam bentuk puisi,cerpen. Namun kita belum sempat untuk dibukukan. Namun sebenarnya tujuan utama dari “Sanggar Alang Dilaut” ini adalah mencoba menjadi salah satu wadah selain wadah yang ada untuk menegakkan kembali karya tulis,baik puisi,pantun,sajak,dan lain nya sebagaimana maju nya sastra ini pada zaman dahulu nya. Jadi bukan pementasan atau sejenis nya yang menjadi muara akhir dari karya seni kita. Bahkan kita akan coba juga nanti membuat cerita pendek dalam bentuk Visual. Seperti film pendek lah.”Papar Sutarman,S.E.
Salah satu bentuk puisi dari “Sanggar Alang Dilaut” pun di perlihatkan kepada Selingga.com.
SANG ….
kita tidak lagi menuai buih-buih karang …
tidak lagi mengayam pucuk-pucuk jelutung…..
tidak juga mengais bunga-bunga hitam ..
tidak mengeja butir-butir pasir….
malam terus berpeluk dengan peluh yang asin..
mendekap erat pincangnya langkah dapur-dapur yang lembab ….
Landai sudah beribu puncak warisan …..
kering menjerit dibibir kolong-kolong …
tidur Mata dari rupa-rupa yang meraja…
bersimbah ratapan …..
meminta secupak malam yang tergadai …
aku menadah marwah ….
menjual resah tangis-tangis terjajah …
terkurung di baris-baris sombongmu …
tenggelam di riak-riak ombak telunjuk mu ….
terkubur di tongkang-tongkang rakusmu ….
pernah ia terjaga dalam benang-benang si pemimpi …
mengulas cerita Sepi sang Sufi …
menurunkan tali-tali resah sang peminta …
tapiii ……..
ia terus terjaga …
merebut mahkota …
ia meraja …
aaaaaakuuuuu …!!
tegak aku dalam aku …
aku kan kau …!
aku ber kau …..!
aku di kau……!
maut ……
aku Cari kau dalam setiap penjuru tanah Ku …..
dalam buih-buih karang Ku …
dalam pucuk-pucuk jelutung Ku …..
dalam butir-butir pasirku …..
tali-tali kanji berjejer di pancang-pancang tanah terluka ….
ia bersuara …..,,
kami beri telunjuk pada tuan ….
beri nasi dilumbung bersempadan ….
bangunkan dari kantuk sebuah harapan ….
dan beribu cerita pengisi perut kelaparan ….
ritual cerita pelengkap perangkap …
ia tengadah dalam ketidak tahuan mu …
tak banyak tersisa dari reruntuhan masa …
tak beranjak kami dari gulita …
tak punya suara…..!;
itu pun kau pinta …
lelah kami mengukir sedan ..
beribu ratap hujankan langkah yang tergadai …
terseok-seok dalam barisan tahta mu …
tenggelam hanyut bersama pulau yang kalut …..
tenggelam madah dalam genggam sang..!
ketika sedu sedan pun kami tak punya
..
setapak tanah pun tak meraja …
tak terenang pada laut yang hanyut …
tak tersembunyi dirimbun-rimbun hutan maki Ku ….
ada tertinggal sebaris harap …
setapak marah pada badik tersingkap …
tegak …!! diantara puing-puing titah mu ….
berkelana menikam kotornya telunjuk mu …
untuk apa ..??
tanyaaa…!!!
untuk apa keriput tulang kami yang menghiba …
seribu maki yang kami punya …
tanyaaa ..!!!
berjejer tampang-tampang di pancang-pancang tanah terluka …
ia berkata … untuukkk siapaaa …!!!?
tak cukup tanah yang meraja …!!???
titah yang murka ….!!!??
telunjuk yang meminta !??
basah ……
bukan tangis …!
bukan ratap …!
bukan sedan …!
itu terjajah ….
sang ………
bilang dia pedang…!
bilang pada temberang …!!
bilang pada sungsang ….
pada pawang ….
pada arang ……..
( Dabo ….. 2010 – Alang Dilaut ).(Im)