Seniman Khalid Salleh dari Malaysia "Jual Ubat" di Daik,dan Noor Hasnah Adam Bawa "Mak Ayam" Dari Singapura Di Malam Daek Expo 2016

Lingga350 Views
banner 468x60

Selingga.com (27/12) Daik.Ada sesuatu yang special hadir di acara Daek Expo 2016 yang ditaja oleh pihak Nofa Entertainment bekerja sama dengan Komunitas Gerakan Peduli Masyarakat Suku Laut (GPSL),Raider Touris Community (RTC),Persatuan Jurnalis Lingga (PJL),Malay Generasi Tanpa Batas (Malagenta) dan Boedak Daex Design Graphic ini.Kegiatan dalam menyambut pergantian tahun yang di selenggarakan mulai dari tanggal 24-31 Desember 2016 dengan pameran kreatif seni,parade band,teater tradisional dan moderen,puisi,syair dan pantun, juga menghadirkan seniman mancanegara dari Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura.
Seniman dan juga pengarang buku “Melayu Hilang Di Dunia” Khalid Salleh dan Encek Noor Hasnah Adam,pada Senin (27/12) malam tadi ikut menampilkan monolog dalam kegiatan Daik Expo yang di pusatkan di Stadiun Sultan Mahmud Riayatsyah Daik tersebut.

Khalid Salleh saat membawakan "Monolog Jual Ubat"
Khalid Salleh saat membawakan “Monolog Jual Ubat”

” Ke Lingga ini,saye sudah 2 kali.Hidup saye memang di teater.Itu lah kerje saye,bukan part time atau ape.Dan ini di mulai dari tahun 1972,sampai saat ini.Banyak negeri yang sudah saye (pentaskan).India,Jepang,Korea,Taiwan,dan beberape kota di Inonesia.”Kata Khalid Salleh kepada Selinga.com pada Senin (26/12) malam di Daik.
Lelaki yang bermastautin di Kuala Lumpur dan pernah mendapatkan Anugerah Seni Negara pada tahun 2006 lalu ini menilai kalau ciri-ciri Melayu itu masih kokoh di daerah Lingga ini.
” Bunda Tanah Melayu ini,ciri-ciri Melayu itu masih kokoh disini,masih kental.Seperti saye duduk di kaki lima di tepi surau.Orang yang tidak saye kena menyapa saya,”cik ape kabar”.Itu ciri-ciri melayu yang sebenar nya.Padahal saye asing.”Papar Khalid Salleh yang malam itu membawakan “monolog jual ubat” nya.Dan Khalid Salleh pun menilai kalau seniman-seniman Indonesia itu sangat kreatif.
” Sebenar nya seniman itu sama saja.Cuma di Indonesia ini,setelah saye berjumpe dengan seniman-seniman Jogja,Surabaya,mereka itu kreatif dan sudah sebati dengan kesiapannya.Seperti saye juge.Dan di Kuala Lumpur sejauh ini juge menggalakkan.”Kata Khalid Salleh yang sebelumnya pernah berjumpa dengan beberapa seniman tanah air seperti WS Rendra,Emha Ainun Najib,dan Acep Zamzam.
Diwaktu yang bersamaan,Encek Noor Hasnah Adam (42) yang malam itu membawakan “monolog Mak Ayam” menilai kalau seniman Indonesia sangat menonjol dalam ekpresi.
” Saye di Singapura sebagai guru bahase Melayu dan sastra.Jadi memang kalau untuk waktu,saye tak punye banyak karena terkait dengan pekerjaan saye.Saye bawakan monolog “Mak Ayam”. Kalau di Indonesia,saye sudah pernah tampil di Makassar.Sejauh ini yang saye tahu kalau untuk seniman di Indonesia,mereka lebih ke pergerakan ekpresi.” Kata Noor Hasnah Adam yang memilih sebagai underground dalam berseni di negara nya Singapura.
Encek Noor Hasnah Adam saat membawakan "Monolog Mak Ayam"
Encek Noor Hasnah Adam saat membawakan “Monolog Mak Ayam”

Noor Hasnah Adam dengan monolog “Mak Ayam” nya yang menceritakan keadaan masyarakat Melayu Singapura yang semakin terpinggirkan itu menambahkan kalau perjalanan seni di Singapura sedikit belum berkembang.
” Kalau perjalanan seni di Singapura,saye rase kurang berkembang.Sebab mereka punya perkumpulan-perkumpulan elite tertentu.Saye pun lebih suke memutuskan untuk masuk di bagian Underground nye.Dan persatuan-persatuan itu di danai oleh Pemerintah.”Papar Encek Noor Hasnah Adam yang juga menambahkan kalau dirinya bersedia datang ke Dabo Singkep jika nanti di undang.
Sementara itu,Hamzah selaku Ketua Dewan Kesenian Lingga (DKL) dikesempatan yang sama melihat kalau sejauh ini,seni yang ada di Lingga kerap menjadi alat pihak Pemerintah Daerah.
Foto Bersama
Foto Bersama

” Kalau saya tengok,seni yang ada di Lingga ini hanya alat Pemerintah.Bukan untuk apa-apa.Bukan untuk mengangkat seniman itu untuk lebih maju lagi atau tidak.Hanya di jadikan alat.Apa pun bentuk nya.Jadi seniman itu belum nampak sama sekali.Karena begitu seniman mati,Pemerintah ngulur duit.Begitu seniman bangkit,Pemerintah meninggalkan.Kalau saye melihat,itu ada pada Pemerintah Daerah.”Kata Hamzah.Selain menampilkan monolog,acara malam tersebut juga menghadirkan seniman dari Lingga Norman Sulaiman dalam pembacaan puisi.(Im).

banner 325x300
Baca juga :   Divre Bulog Riau-Kepri tawarkan POF ke Lingga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *