Seniman Lingga, Difasilitasi Oleh Provinsi Kepri

Lingga185 Views
banner 468x60

Selingga.com (22/12). Melalui “Ladang Hati”,Norman Sulaiman mencoba menegakkan sastra yang selama ini terkesan terendam dalam hingar-bingar nya kegiatan seni di Kabupaten Lingga. Buku kumpulan puisi tersebut malah diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau. Kontradiksi dengan posisi seorang Norman Sulaiman selaku pelaku seni yang lahir dan berkiprah di tanah Lingga dan menyandang kedudukan sebagai Ketua Komite Sastra di Dewan Kesenian Lingga.

Norman Sulaiman
Norman Sulaiman

Buku kumpulan puisi yang diterbitkan pada bulan November 2015 ini sebagian besar merupakan kritikan dan kontrol sosial terhadap perjalanan Kabupaten Lingga ini.
” Alhamdulillah selama menulis karya sastra semenjak tahun 1975,baru saat ini terakumulasi dalam bentuk sebuah buku yang diterbitkan pada bulan November 2015 oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau. Memang selama ini komunikasi dengan Dewan Kesenian Provinsi Kepri berjalan dengan baik,dan oleh mereka memfasilitasi penerbitan buku kumpulan puisi Ladang Hati ini. Mungkin dari pihak Kabupaten Lingga belum mampu untuk itu. Yang jelasnya saya hanya menginginkan sastra di tanah Lingga ini bisa eksis seperti pada zaman dahulu kala nya.”Kata Norman kepada Selingga.com ketika ditemui di Dabo pada Selasa (22/12).
Di tempat yang sama,Samen selaku peminat seni dan juga dilahirkan dari keluarga seniman,menyambut penerbitan “Ladang Hati” ini dengan memberikan support kepada Norman Sulaiman.
” Pada dasarnya sangat bagus sekali dalam mengembalikan tradisi-tradisi Melayu melalui puisi. Kenapa tidak kita orbit kan. Sedangkan budaya kita adalah budaya Melayu yang kaya dengan seni sastra nya. Namanya untuk membangun,kita memang berusaha. Baik melalui budayanya,keseniannya dan sebagainya. Jadi biarlah kalah sabung daripada kalah sorak. Karena saya pun lahir dari keluarga berdarah seni. Orang Tua dan Kakek saya merupakan seorang seniman teater Bangsawan di Sei.Buluh pada masanya.”Kata Samen.
Norman Sulaiman anak jati Dabo ini sebelumnya pada tahun 1981 sudah tergabung di Teater Republik dengan pimpinan seniman Riau Al-Azhar di PekanBaru. Kemudian pada tahun 1983 mendirikan bengkel teater dengan nama Teater Mega yang kemudian hari berganti nama Sanggar Seni Gema Cinta hingga saat ini. Norman juga pernah menyabet penghargaan sebagai Pemain Terbaik pada lomba teater tradisi pada tahun 1994,dan pemain terbaik pada Festival Teater II di PekanBaru pada tahun 2000. Tidak sampai disitu,pria yang masih eksis di jalur seni ini pernah menjadi Sutradara terbaik pada Festival Teater Tradisi V di Indragiri Hulu Riau pada tahun 2003 dan prestasi-prestasi lain nya.(Im)

banner 325x300
Baca juga :   Di Pidato Kebudayan Husnizar Hood,"Banjir" Puisi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *