Selingga.com (11/11) Dabo. Masa pembelajaran tatap muka di SMK Mahardika, Dabo, Kabupaten Lingga, di masa pandemi Covid-19 saat ini telah dilakukan. Kepala SMK Mahardika, Nino Rita Tifha, saat ditemui di ruang kerjanya pada Rabu (11/11) tadi mengatakan kalau hal tersebut dibatasi hanya untuk beberapa pelajaran tertentu saja.
“Untuk saat ini di masa pandemi Covid-19, terkhusus untuk SMK Mahardika Singkep, mengacu pada surat edaran Pemerintah Provinsi Kepri melalui Dinas Pendidikan Kepri bahwa untuk izin tatap muka secara menyeluruh, kita belum memilikinya. Tetapi tatap muka untuk pelajaran tertentu, seperti C-2 ataupun C-3, itu diperbolehkan tatap muka di sekolah, namun tetap mematuhi protokol kesehatan. Contohnya untuk satu ruang itu berjarak dan maksimalnya diisi sebanyak 18 orang siswa saja. Selain itu juga menyediakan sarana cuci tangan dan memakai masker. Kami mengatur jadwalnya itu sebayak 3 kali pertemuan dalam seminggu pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu,” terang Nino.
Nino mengatakan kalau saat ini mereka masih terkendala dengan beban SPP yang masih harus ditanggung oleh pihak komite atau orang tua siswa.
“Kendala kami saat masa pandemi Covid-19 ini, yaitu karena kami sekolah swasta, untuk beban SPP masih ditanggung oleh pihak komite atau orang tua. Di saat pembayaran pada bulan Juni, itu hanya sekitar 20 orang saja yang mampu membayar. Kemudian adanya bantuan dari pemerintah provinsi membantu SPP anak kami sebanyak 63 orang untuk bulan April, Mei, dan Juni. Saat ini kepedulian pihak provinsi, alhamdulillah sudah ditanggulangi walaupun hanya separuh dari jumlah siswa,” kata Nino.
Selain itu, terkait dengan tenaga pengajar, Kepala SMK Mahardika ini berharap nantinya tidak ada lagi pembedaan antara sekolah swasta dan negeri.
“Harapan kami ke depannya untuk sekolah swasta, dengan mengacu kepada UUD 1945 BAB XIII Pasal 31 ayat (1), yaitu Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, kami tidak mau nantinya ada pembedaan antara sekolah swasta dan negeri. Karena melihat dari SDM kami, dengan kesempatan di sekolah negeri lebih besar melalui ASN, non-ASN, ataupun GTT, akhirnya guru kami berpindah ke negeri,” tutur Nino.
Untuk hal tersebut, Nino menambahkan kalau pihaknya terpaksa harus mencari kembali tenaga pendidik untuk di sekolah mereka.
“Akhirnya kami harus mengulang lagi untuk mencari guru baru. Akhirnya mutu pendidikan kami sering berganti dan kurang mampu untuk mengikuti karena pengalaman yang ada lebih sedikit,” jelas Nino.
Nino berkeinginan adanya pemerataan terhadap sekolah swasta dan negeri nantinya.
“Harapan kami ada pemerataan terhadap SMA atau SMK swasta harus sama dengan negeri. Setidaknya memberikan izin guru-guru negeri, non-ASN untuk membantu di sekolah swasta,” kata Nino.
Saat ini jumlah siswa di SMK Mahardika berjumlah 123 orang. Tenaga pengajar terdapat 22 orang guru yang dari jumlah tersebut terdiri dari guru honor sebanyak 19 orang. SMK Mahardika sendiri didirikan pada tahun 2006 dan sampai saat ini memiliki 3 jurusan yang terdiri dari jurusan Akutansi, jurusan Perhotelan, dan jurusan Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran. (Im).