Selingga.com (14/06) Dabo. Meski baru masuk bilangan puasa ke-7,namun ayam kampung bersama ayam potong di pasar Dabo telah memasang bandrol lebih mahal sekitar Rp.10.000 ribu perkilo nya dari harga sebelum puasa. Sayur-mayur pun tidak mau ketinggalan dengan ikut-ikut naik harga,biar pun hanya sekitar Rp 1.000 dari harga normal nya.
Hal ini disampaikan oleh Yati,penjual yang telah menghabiskan 16 tahun waktu hidup nya untuk bertahan di dalam pasar,ketika ditemui Selingga.com pada Senin (13/06) tadi.
” Ayam kampung sekarang ini ada yang jual Rp.60.000/kg nya dari harga normal nya sekitar Rp.50.000/kg. Dan untuk ayam potong dari harga normalnya Rp.35.000-Rp.38.000/kg,naik menjadi Rp.40.000-Rp.42.000,bahkan jejak Rp.45.000/kg nya. Kalau untuk sayur-sayuran tergantung dari pada cuaca. Kalau cuaca tu panas,sayur murah. Kalau sedang cuaca hujan,sayur akan mahal. Jenis apapun sayur nya .Apalagi sekarang ini,musimnya banyak ulat. Sayur yang mengalami kenaikan harga saat ini adalah salah satu nya sawi jepang. Biasanya Rp.6.000,sekarang sudah Rp.7.000/ikat nya. Ini sayur kita dari lokal sinilah. Kalau dari luar yang biasanya masuk itu adalah sejenis cabe. Jadi kalau untuk menjelang dan pada bulan Ramadhan,sayur tidak begitu berpengaruh harga nya. Cuma ayam dan daging yang terasa naik nya.Kalau daging kemarin nya Rp.100.000/kg,sekarang sudah Rp.130.000-Rp.140.000/kg nya. Mana sanggup masyarakat kita untuk makan nya. Kalau orang berduit,boleh lah.”Kata Yati.
Yati pun menyinggung,kalau dari penghasilan dirinya lebih banyak dihasil kan waktu berjualan dulu,dibandingkan setelah menempati pasar yang telah di rehap menjadi baru tersebut.
” Saya sudah jualan lebih kurang selama 16 tahun,dari tahun 2000 tepat nya. Pasar sekarang ini terlalu sempit. Sebenarnya pasar ini boleh disebut juga dengan pasar senggal-senggol je. Karena antara pembeli kiri-kanan nya akan bersenggolan,karena sempit. Kalau sebelum ini kan plong ruangan nya. Lagi pula lebih banyak penjual dari pada pembeli. Pasar ini memang megah,tetapi untuk pemasukkan lebih sedikit. Kalau penghasilan masih enak pasar lama. Lagi pula distribusi pasar ini terlalu mahal. Satu meja nya Rp.4.000/hari. Sementara yang kita dengar,pasar di Daik digratiskan selama 3 bulan. Disini,jual tidak jual tetap dipungut biaya. Terlalu mahal distribusi nya. Pemerintah tu tau die tu,duet aje. Setiap bulan duet.”.Papar Yati menambahkan.
Hampir senada dengan Yati,Robi pemilik warung kopi didalam pasar tersebut menyoroti keberadaan lantai dua pasar yang sampai saat ini masih belum ditempati pedagang.
” Siapa lah yang mau belanja di atas tu,ape bende yang ade. Dari pertama memang sudah kosong. Kalau dapat kami sarankan untuk dibuat tangga naik dari luar. Jalan dari dalam sini ditutup. Dan dapat dijadikan untuk orang jualan baju. Diatas tu,kalau tidak salah saya,sudah ada nama-nama yang punya itu. Cuma siapa yang sanggup. Dulu ada Uni yang jahit baju,tetapi tidak sanggup juga. Ada lah seminggu lama nya. Saya rasa berhantu lah tu. Lantai 2 tu,berhantu lah tu. Tidak ditempati.”kata Robi.(Im).
Solusi untuk Pasar Bertingkat : Bangun tangga tambahan didepan samping diatas pintu utama pasar sayur Dabo. . .