Selingga.com (02/03) Dabo. Permasalahan Jaspel BLUD RSUD Dabo bagaikan ‘bola salju’ yang mengelinding dan semakin membesar. Sebelumnya permasalahan terkait dengan belum dilakukan pembayaran Jasa Pelayanan tahun 2018 itu, membuat munculnya aksi dari pihak Karyawan RSUD dengan mempertanyakan permasalahan yang ada ke pihak management.
Terhadap polemik yang ada tersebut, Polres Lingga meminta pihak yang ada untuk tetap menahan diri. Sementara itu pihak Polres Lingga masih melakukan penyelidikkan atas kejadian yang menjadi perhatian masyarakat akhir-akhir ini.
“Kita sudah meminta klarifikasi sejumlah karyawan dan tenaga medis di RSUD Dabo, kita minta semua pihak tetap bersabar karena saat ini kita masih melakukan penyelidikan terkait masalah tersebut,” kata Kapolres Lingga AKBP Joko Adi Nugroho, S.I.K, M.T melalui Kasat Reskrimnya AKP Yudi Arvian kepada pihak media pada Jumat (01/03) tadi.
AKP Yudi Arvian juga mengatakan kalau pihaknya tetap serius dalam menyikapi polemik yang terjadi terkait Jaspel tersebut. Biarpun masih enggan untuk menyebutkan siapa-siapa saja yang telah dimintakan keterangannya, namun Kasat Reskrim Polres Lingga ini berharap pelayanan yang ada tetap berjalan dan memberikan pelayanan seperti biasanya kepada masyarakat. Kasat Reskrim Polres Lingga ini juga menambahkan kalau klarifikasi dibutuhkan untuk mengetahui permasalahan seputar BLUD.
“Klarifikasi ini di perlukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di Badan Layanan Umum Daerah. Kita juga meminta semua pihak untuk menghormati hal itu,” kata Kasat Reskrim Polres Lingga AKP Yudi.
Jum’at (01/03) malamnya sempat diberitakan ada ‘gesekan’ di sekitar area RSUD Dabo. Dari infomasi yang diterima, ada pihak yang berusaha mengambil dokumen dari salah satu ruangan yang ada, namun dicegah oleh pihak Karyawan RSUD Dabo. Hal tersebut juga dibenarkan oleh drg. Deni ketika ditemui pihak media Pada Sabtu (02/03) tadi.
“Kejadiannya sekitar jam 20.30 wib. Ada orang yang mau mengambil dokumen, dan dia bukan pegawai Rumah Sakit lagi. Dia sebelumnya Ka.TU di Rumah Sakit ini, sekarang di Dinas Kesehatan. Katanya datang untuk mengambil berkas, kami pikir yang dibawanya siang tadi. Rupanya mereka belum bawa, itu pulak kehendak Allah. Yang datang satu, yang jelasnya satunya lagi di mobil. Dia tidak sempat masuk, karena dicegah. Dia seperti maksa masuk,” kata drg. Deni.
drg. Deni juga menambahkan kalau pihaknya tidak mengetahui pasti untuk apa dokumen yang berusaha diambil dari RSUD tersebut.
“Apakah mau dihancurkan atau direkayasa (dokumen – red), tidak ngerti kita. Tetapi yang jelasnya sudah kita tahan (dokumen – red),” ujar drg. Deni.
Pihak drg. Deni kemudian mencegah yang bersangkutan. Dan pihaknya juga melihat kalau yang bersangkutan seperti memaksa masuk.
“Petugas kasi tahu sama Direktur dan Ka.TU yang baru dan seluruh pegawai. Datanglah semuanya, mencegah. Sudahlah datang tidak sopan, malam hari lagi, diapun menganggap sepele dr. Raymond dan dia tetap memaksa,” kata drg. Deni.
drg. Deni pun mengaku kalau sebelum kejadian tersebut, pihaknya telah menemui Bupati Lingga Alias Wello.
“Kita prihatin dengan keadaan ini. Itikat baik dari Pak Alias Wello (Bupati Lingga – red) untuk membangun, sepertinya disepelekan dengan orang yang diberi amanah. Tentu Pak Bupati kecewa. Kita sudah jumpa dengan Bapak Bupati pada 2 hari yang lalu (Kamis,28/02), dan beliau sangat sesalkan kejadian ini. Beliau akan coba bayarkan uang Jaspel. Ini kejadian yang tidak kita inginilah. Tetapi disatu sisi lainnya, kita juga menuntut keadilan. dr. Asri ini harus mempertanggungjawabkan perbuatan dia. Karena dia sudah menyepelekan Rumah Sakit, profesi. Tanpa sadar dia telah menyepelekan Pemkab Lingga,” papar drg. Deni.
Terakhir drg. Deni mengatakan kalau dirinya tidak takut dipecat atas sikap yang diambilnya.
“Saya tidak takut dipecat, rizky dari Allah. Saya sekarang tidak takut lagi, saya siap jadi tumbal,” kata drg. Deni kepada pihak media. (Im).