Dari "Tangan" Kades Batu Kacang, Limbah Tempurung Jadi Souvenir

Lingga397 Views
banner 468x60

Selingga.com (10/01) Batu Kacang. Limbah tempurung yang masih banyak dijumpai di Kabupaten Lingga ini, ditangan Peni, Kades Batu Kacang, Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga menjadi bermacam kerajinan tangan yang bernilai ekonomis. Limbah tempurung tersebut diolah dari menjadi asbak rokok sampai dengan lampu duduk. Hal ini dikatakan Peni saat ditemui di Kantor Desa Batu Kacang, pada Jum’at (10/01) tadi.
“Awal mulanya saya lihat untuk wilayah kita, Singkep pada umumnya kalau untuk limbah tempurung ini, masih terbuang begitu saja. Kemudian kita coba memanfaatkannya karena memang saya ada minat dan suka buat kerajinan seperti ini. Dengan memanfaatkan limbah tempurung, dapatlah kita buat beberapa bentuk seperti yang ada ini,” kata Peni.
Hasil kerajinan Peni ini juga sudah pernah dibawa keluar Lingga untuk mengikuti beberapa pameran yang ada.

Dari “Tangan” Kades Batu Kacang, Limbah Tempurung Jadi Souvenir

“Kerajinan yang telah kita buat ini, pernah juga dipinjam kawan-kawan untuk mengikuti pameran di Tanjungpinang dan Batam. Pernah juga ditawarkan oleh pihak kecamatan untuk ditawarkan ke salah satu mall yang ada di Batam. Oleh pengelola mall tersebut diminta dalam kapasitas besar. Untuk satu modelnya, diminta 50 buah untuk satu bulannya,” terang Peni.
Kades Batu Kacang ini juga menambahkan kalau untuk pengembangan kerajinan tangan tersebut, masih terkendala dengan pekerja, alat, dan juga modal usaha.
Dari “Tangan” Kades Batu Kacang, Limbah Tempurung Jadi Souvenir

“Untuk kendala, sementara ini kita tidak punya tenaga, modal, dan alat. Saya coba ajak beberapa pemuda desa yang ada, saya coba latih, tetapi hanya bertahan 1-2 hari saja. Setelah itu tidak datang lagi. Di sini, kita perlu pemuda yang punya minat dan niat untuk membuat hasil-hasil kreatif memanfaatkan tempurung yang ada atau dalam bentuk yang lain, seperti plastik bekas, mungkin kaleng bekas, dan lain-lainnya,” jelas Kades Batu Kacang.
Namun, Peni mengakui kalau hasil kerajinan tangan miliknya, masih kurang untuk segi kerapiannya karena belum memiliki alat khusus untuk itu.
“Ini saya buat sendiri kalau ada waktu senggang, hari libur. Kadang malam saya buat sampai jam 1 malam, hasil kerajinan ini. Saya rasa kalau dikelola dengan baik, kerajinan tempurung ini dan kerajinan lainnya ada harapan bagus ke depannya. Tentunya kita juga bersaing dengan daerah lain. Saya rasa, kita masih kurangnya di segi kerapian karena kita belum punya alat yang khusus mengolah tempurung. Kita hanya menggunakan bor, gerinda, dan alat-alat tukang biasa. Ini juga merupakan kendala untuk melatih pemuda. Takut salah guna, timbul masalah dengan alat-alat itu. Itu juga yang saya khawatirkan dalam memberikan pelatihan. Kalaupun ada yang berminat lagi nantinya, kita coba untuk melatihnya,” papar Peni.
Peni juga mengatakan kalau dirinya mau melatih kalau ada pemuda yang berminat.
Dari “Tangan” Kades Batu Kacang, Limbah Tempurung Jadi Souvenir

“Kalau saya saja, hanya ada waktu tertentu saja mengerjakannya. Tetapi kalau ada pemuda, Karang Taruna yang punya minat, akan kita latih, sehingga ini bisa berkembang, tidak monoton saja. Tempurung ini banyak macam yang bisa kita buat. Untuk sementara, ini saja dulu,” kata Peni.
Terakhir, Kades Batu Kacang ini mengatakan kalau mereka memerlukan dukungan dari pihak lainnya untuk mengembangkan usaha kerajinan tangan tersebut.
“Kita juga ada kerajinan dari bambu, rotan dalam bentuk bakul, ayak, dan sebagainya. Kemudian dari ibu-ibu majelis taklim, ada juga mengolah bahan bekas plastik untuk dijadikan souvenir. Hanya kita masih monoton dan perlu pembenahan, perlu support, masukan, dan ini bisa berkembang. Kita punya potensi, tinggal kita saja bagaimana mengembangkan ke depannya. Kita perlu support dari kecamatan dan kabupaten agar souvenir-souvenir ini bisa membantu masyarakat, terutama sebagai pendapatan keluarga,” kata Peni. (Im).

banner 325x300
Baca juga :   Muhammad Rudi, "Kalau Kalian Dukung Gubernur, Saya Maju Gubernur"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *