Selingga.com (31/01) Dabo. Setelah sebelumnya “Bunatin” mampu mendudukan penulisnya Dheni Kurnia pada penganugerahan tertinggi di malam puncak HPI 2018 di Jakarta pada Sabtu (29/12/2018) lalu, kini melalui Panggung Toktan Pekanbaru, buku puisi tersebut dibedah.
Dipandu oleh Ramon Damora, bedah puisi Bunatin yang dilakukan pada Sabtu (26/01/2019) tadi, menghadirkan Pembantu Rektor 1 Unilak Pekanbaru, Dr.Junaidi dan Sastrawan Riau Taufik Ikram Jamil selaku Pembanding dan Pembedah.
Jalannya sesi pertama, Ramon Damora memberikan waktu kepada Dr.Junaidi untuk menyampaikan pandangannya terhadap Bunatin. Pembantu Rektor 1 Unilak ini melihat kalau dalam buku puisi “Bunatin” milik Dheni Kurnia ini, banyak menggunakan pola mantra.
“Dalam puisi ini terlihat Bung Dheni menggunakan pola-pola mantra,memang tidak semuanya. Tetapi dia mencoba menggabungkannya. Ada juga pantun. Bagi saya penggunaan mantra, mempunyai kekuatan kekhasan. Karena tidak banyak yang orang yang menggunakan pola-pola itu,” kata Dr.Junaidi.
Junaidi juga menambahkan kalau diangkatnya Talang Mamak pada puisi-puisi dalam Bunatin tersebut, menjadi salah satu keunggulan bagi penulisnya.
” Salah satu keunggulan Bang Dheni adalah perhatian dia terhadap Talang Mamak. Berbagai karya-karya puisi dia, itu memang mengangkat kehidupan, nasib, perjuangan orang Talang Mamak. Namun di kumpulan puisi Bunatin ini, agak lebih romantis. Dia lebih bicara tentang bagaimana perasaannya terhadap seorang perempuan dari Suku Talang Mamak. Ada kerinduan, kemudian bagaimana kekaguman dia terhadap Suku Talang Mamak. Ini yang membedakan,”jelas Junaidi.
Pembantu Rektor 1 Unilak ini kembali menegaskan, kalau sosok Bunatin tidak hanya sebagai sosok wanita saja, namun juga mewakili Talang Mamak secara Sosiogisnya.
“Bunatin teramat istimewa dalam puisi-puisi ini. Bagaimana eksperesi cinta kepada seseorang Bunatin. Tetapi saya memaknai secara lebih luas, artinya dalam kontek yang lebih luas sosiologinya. Bunatin ini bagi saya setelah membacanya, tidak hanya sosok wanita yang dicintai. Tetapi dia mewakili Talang Mamak. Keberadaan Bunatin dalam sajak-sajak Dheni Kurnia, mewakili kehidupan Suku Talang Mamak. Dalam sastra kita sebutkan Local colour, warna lokal,”tambah Junaidi saat itu.
Berbeda sedikit dengan Dr.Junaidi, Taufik Ikram Jamil dalam penyampaiannya, melihat kalau Bunatin bukan diartikan sebagai sebuah nama. Namun lebih kepada tanda.
“Bunatin ini bagi saya bukan nama. Bunatin ini bagi saya, tanda. Dalam kehidupan, manusia ini hidup dari tanda ke tanda. Dan kata itu bisa bermakna bagi manusia, apabila ia memberi makna kepada tanda itu. Kalau dia tidak memberikan makna pada tanda, tidak ada artinya,”kata Taufik Ikram Jamil.
Taufik Ikram Jamil lebih melihat, kalau Bunatin merupakan kemanusiaan, bukan Talang Mamak.
“Bagi saya, apa yang dikatakan Dheni dengan Bunatin, itu bukan Talang Mamak. Yang dimaksudkan oleh Dheni, itu adalah kemanusiaan. Kalau dia hanya bicara tentang Talang Mamak, dia habis di Talang Mamak saja,” kata Taufik Ikram Jamil.
Sebelumnya buku puisi Bunatin karya Dheni Kurnia ini, berhasil menjadi juara I sebagai buku puisi terbaik 2018, setelah sebelumnya bersaing dengan 200 buku lainnya dari seluruh Indonesia. Dari 200 buku yang ada, Bunatin terpilih dari 20 buku yang ada, dan akhirnya menyisakan 5 buku untuk pemenangnya. Untuk itu juga, laki-laki kelahiran Air Molek tahun 1961 dan jebolan Jurnalistik di LES Mounclear College, Los Angeles, California, USA ini, berhak membawa pulang hadiah uang tunai Rp.50 juta. Dheni Kurnia kini tercatat sebagai Ketua Dewan Kehormatan (DK) PWI Riau, setelah sebelumnya menjabat sebagai Ketua PWI Riau selama dua periode.
Jalannya bedah buku Bunatin di Panggung Toktan Pekanbaru saat itu, dihadiri puluhan seniman dari beberpa kota di Indonesia dan juga dari Malaysia. Setelah Bunatin di bedah, malamnya dilakukan pembacaan puisi dari seniman-seniman yang ada.Hadir juga saat itu President Ziarah Karyawan (ZK/Film Director & Actor Yaasin Salleh, President, Seniman Paksi Rakyat Malaysia Dinsman, Imam ZK Panggung Toktan Pekanbaru H.A.Aris Abeba, Presiden ZK Indonesia Syarifuddin Arifin.(Im).