Lebih 20 Tahun Jualan Tamban Salai, Muchtisar Belum Merasakan Bantuan Terkait Usahanya

Lingga420 Views
banner 468x60

Selingga.com (07/03) Singkep Pesisir. Desa Lanjut, Kecamatan Singkep Pesisir, Kabupaten Lingga selama ini dikenal juga sebagai daerah penghasil ikan tamban salai. Sebagian besar kebutuhan ikan tamban salai, khususnya di Dabo Singkep umumnya berasal dari wilayah pesisir ini. Muchtisar (44), warga Air Merah Desa Lanjut, Kecamatan Singkep Pesisir, Kabupaten Lingga saat ditemui di sela-sela pekerjaannya menyalai ikan tamban pada Minggu (27/02) lalu di kediamannya mengatakan kalau usaha ikan tamban salai tersebut telah dijalaninya sekitar 20 tahun lebih. Dari pekerjaan tersebutlah Muchtisar memberi nafkah buat keluarganya.

“Saya kerja jual tamban salai ini sudah hampir 20 tahun. Selama ini kalau untuk kendala, tidak ada hanya terkait dengan masalah banyak sedikitnya bahan baku ikan tamban saja. Terkadang terkait juga dengan musim, keadaan angin, hanya itu. Kalau musim Barat, yang banyak ikan tambannya. Kalau musim Selatan pas angin tidak berapa kuat, masih ada ikan tamban. Kalau angin kuat, tak ada ikannya, kurang,” kata Muchtisar.

Muchtisar mengatakan kalau untuk penjualan, dirinya langsung memasarkannya ke konsumen. Untuk harga, Muchtisar mengatakan kalau hal tersebut tergantung dengan ketersediaan ikan saat itu.

“Kalau untuk bahan ikan tamban ini, kami beli sendiri. Setelah nelayan pulang melaut, mereka jual kepada kami. Jadi, kami salai untuk dijual lagi. Kita biasanya mengencer sendiri. Kami jual langsung ke konsumen. Kalau terkait dengan pemasaran, kita ikut alur jual-belinya. Kalau sedang banyak bahan ikan tambannya, dapat harga murah dan kalau hanya sedikit, kita harus beli mahal. Begitu juga kalau untuk kita jual, kalau sedikit tamban salainya, sedikit terpaksa kita jual sedikit mahal dan kalau sedang banyak-banyaknya, harus kita jual murah,” jelas Muchtisar.

Baca juga :   Kasat Intelkam Polres Lingga,Berburu Paham Radikalisme
Muchtisar (44), warga Air Merah Desa Lanjut, Kecamatan Singkep Pesisir

Muchtisar mengaku kalau rata-rata dalam per bulan, dirinya bahkan bisa menghasilkan sekitar seratus ribuan ekor ikan tamban salai.

“Kalau per ekornya bisa sampai mendekati seratusan ribu ekor per bulannya. Hitung 3.000 ekor saja per harinya, per bulannya sudah sampai 90 ribu ekor. Terkadang ada yang per harinya sampai 4.000-5.000 ekor,” kata Muchtisar.

Terkait dengan proses pengerjaan, rata-rata Muchtisar hanya memerlukan sekitar 3 jam untuk menyalai sekitar 3.000 ekor ikan tamban. Dari pekerjaannya Muchtisar bisa mempunyai penghasilan bersih sekitar 3 jutaan setiap bulannya.

“Kalau untuk proses pengolahannya setelah dapat dari nelayan, kita cucuk dan langsung disalai. Kalau proses lamanya menyalai, tergantung banyaknya ikan. Kalau seperti yang ada sekarang ini, sekitar 3 jam selesai. Kalau penuh 4 angga ini, bisa sekali salai sampai 4-5 ribu ekor. Dalam penyalaian, terlalu banyak asap tidak bagus, ikan akan jadi hitam dalamnya merah. Terlalu banyak bara api, ikan masak namun agak putih. Kalau penghasilan bersih per bulannya, dapatlah sekitar Rp3 juta,”
papar Muchtisar.

Namun, selama menjalani profesinya sebagai pedagang ikan tamban salai, Muchtisar mengaku kalau dirinya belum pernah merasakan bantuan dari pihak pemerintah.

“Kalau terkait bantuan untuk kami pedagang ikan tamban salai ini, jangankan banyak, lima rupiah selama lebih kurang 20 tahun jual ikan tamban salai ini belum pernah merasakan bantuan,” kata Muchtisar.

Terkait hal tersebut Muchtisar berharap pemerintah terkait bisa ikut membantu usaha para pedagang ikan tamban salai ini.

“Harapan kita kepada pemerintah, pedulilah dengan kami ini. Hanya itu. Baik pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten, desanya. Karena kami pedagang ikan tamban salai, khususnya belum ada merasakan bantuan selama 22 tahun saya bekerja ini. Mudah-mudahan pemerintah dengar,” kata Muchtisar.

Baca juga :   Polres Lingga Amankan Tahap Pemeriksaan Kesehatan Paslon Pilkada 2024

Dalam pekerjaannya Muchtisar dibantu juga oleh beberapa orang untuk menyiapkan kayu bakar, untuk mencucuk ikan. Untuk tenaga pencucuk ikan, Muchtisar memberikan upah kerja antara 30-40 ribu per harinya dengan durasi kerja sekitar kurang lebih 3 jam saja.

Lebih 20 Tahun Jualan Tamban Salai, Muchtisar Belum Merasakan Bantuan Terkait Usahanya

Muchtisar mengaku kalau ikan tamban hasil salainya terkadang sampai terjual ke Daik, Tanjung Balai Karimun, Batam, dan Tanjungpinang dengan cara dikirim. Kalau hanya 5.000 ekor saja, Muchtisar hanya memasarkannya di lokal Dabo Singkep saja. Harga rata-rata ikan tamban biasanya 50 ribu untuk 100 ekornya. Harga bisa berubah tergantung pada musim dan ketersediaan ikan saat itu. (Im).

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *