"Marah..!!! Awe tantang adu konsep dengan Syamsul Bahrum"

Lingga539 Views
banner 468x60

Selingga.com (03/11) Dabo.Pernyataan Asisiten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Kepri Syamsul Bahrum pada saat memberikan sambutan dalam acara Focus Discussion Group (FGD) Kebijakan Pengelolaaan Pangan Beras di Daerah Perbatasan yang diadakan pihak Kementerian Koordinator Perekonomian RI dengan mengambil tempat di Hotel Nagoya Hill Batam pada Kamis (02/11) tadi,membuat Alias Wello selaku Bupati Lingga marah.
Melalui rilis yang dikeluarkan oleh pihak Humas Pemkab Lingga pada Jum’at (03/11) tadi,FGD yang dihadiri oleh Asisten Deputi Pangan Kemenko Perekonomian RI Elias Payong Kerar, Kepala Bidang Konsumsi dan Cadangan Pangan Syarifah Indah Megawati, Kepala Biro Perencanaan Kementerian Pertanian RI Kasdi Subagyono, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepri Mizu Istianto, Kadivre Bulog Riau Kepri Awaluddin Iqbal,dan sejumlah pejabat teras Kementerian dan Lembaga serta Kepala Dinas Pertanian seKepri itu,Syamsul tak hentihentinya melontarkan pernyataan pesimisme tentang program pertanian di Lingga.
Dalam rilis tersebut juga mengatakan kalau Syamsul dalam penyampaiannya beranggapan bahwa kultur masyarakat Melayu yang merupakan nelayan secara turun temurun,sulit diubah ke kultur pertanian. Karena itu juga Syamsul meragukan program pertanian yang dikembangkan Pemerintah Kabupaten Lingga bisa berhasil seperti yang diharapkan.
Mantan pejabat Pemerintah Kota Batam ini juga mencontohkan beberapa kasus kegagalan program transmigrasi di Kepri disebabkan oleh pengaruh kultur masyarakat setempat. Ia menyebut kasus transmigran yang didatangkan dari Jawa untuk menggarap sektor pertanian di Kabupaten Natuna dan Lingga, gagal karena mereka ikut-ikutan jadi nelayan.

Bupati Lingga, Alias Wello
Bupati Lingga, Alias Wello

Orang Jawa saja yang dasarnya petani di daerah asalnya, begitu sampai di Kepri tak ada yang mau jadi petani. Kenapa?Karena mereka merasa status sosialnya malah tidak lebih baik.”Kata Syamsul dalam rilis yang ada.
Terkait pernyataan Syamsul tersebut,Bupati Lingga tak dapat menyembunyikan kemarahannya.Melalui rilis yang ada,Alias Wello menyayangkan kalau ada pejabat yang berpikiran sempit seperti itu.
Saya kecewa dan marah. Bagaimana daerah ini mau maju kalau pejabat kita pemikirannya sempit begini.”Kata Alias Wello.
Kultur masyarakat Melayu yang menjadi alasan Syamsul sebagai penghambat berkembangnya sektor pertanian di Lingga, jelas Awe, bukanlah sesuatu haram atau mustahil untuk diubah. Ia berharap Syamsul lebih baik berdebat dengannya dari pada mengembangkan opini sesat yang dapat menghambat daya pikir dan kreatifitas masyarakat yang sedang belajar mengembangkan sektor pertanian.
Basic saya memang bukan pertanian,tapi saya siap adu konsep dengan Syamsul Bahrum. Sekarang bukan saatnya bicara teori, tapi waktunya bekerja secara nyata. Saya teringat waktu zaman mahasiswa dulu, kita sering teriak berantas otak mandul. Supaya apa? Supaya kita bisa bisa berpikir jauh ke depan.”Kata Bupati Lingga ini.
Meski tak didukung Pemerintah Provinsi Kepri,Awe mengaku bangga, sektor pertanian yang dikembangkannya di Lingga mampu mengangkat citra Provinsi Kepri yang selama tidak masuk dalam base pertanian nasional sejajar dengan daerah pertanian lainnya di Indonesia.
Waktu saya baru dilantik,saya langsung ke Jakarta minta dukungan program pertanian.Di sana saya kaget, ternyata Kepri ini tidak masuk dalam base pertanian nasional.Bahkan, Kementerian Pertanian tak percaya di Lingga ada lahan pertanian.Kenapa? Karena pada zaman itu,tidak ada pejabat yang berani bicara soal pertanian. Nah, kenapa baru sekarang dia mau bicara pertanian? Ada apa.”Kata Alias Wello.(Im).

banner 325x300
Baca juga :   Komisi IV DPRD Kepri Kunker di Lingga, Komitmen Berikan Dukungan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *