Selingga.com (15/04) Dabo. Pemkab Lingga melalui Tim Penanganan Perekonomian melakukan rakor dengan pihak pengusaha bidang perikanan, terkait wabah corona. Rakor yang dipimpin oleh Asisten Ekonomi dan Pembagunan Setda Lingga, Yusrizal, di gelar di Gedung Sanggar Praja, Dabo, Kabupaten Lingga, pada Rabu (15/04) tadi, dengan dihadiri para pengusaha dari Pulau Singkep.
“Jadi ada 4 bidang, yaitu bidang perikanan, perdagangan, tenaga kerja, dan pertanian, yang berdampak langsung terhadap wabah covid-19. Hari ini kita rapat untuk mendengar suara-suara dari penampung dan nelayan ikan yang berada di wilayah Pulau Singkep dan sekitarnya, dan siang ini juga dilakukan hal yang sama di wilayah Daik dan sekitarnya,” kata Yusrizal.
Yusrizal mengatakan kalau sebelumnya pihaknya mendapatkan informasi bahwa hasil laut Lingga tidak bisa dibawa keluar, akibat keterbatasan pengiriman ke Singapura dan Malaysia.
“Informasi yang kami dapatkan, bahwasanya ikan-ikan ini tidak bisa dibawa keluar. Karena para penampung atau pembeli yang di luar, tidak mau membeli ikan terlalu banyak, diakibatkan keterbatasan pengiriman kepada pihak Singapura dan Malaysia. Itu informasi awal yang kami terima,” kata Yusrizal.
Namun setelah dilaksanakan rakor, pihak Pemkab mengetahui kalau ekspor melalui Moro dan Belakang Padang, masih berjalan normal.
“Setelah dilakukan pertemuan, ada informasi bahwa hal tersebut untuk melakukan ekspor ikan lewat jalur Moro dan Belakang Padang, tetap dalam kondisi seperti semula, jadi tidak ada masalah. Namun kami akan laporkan kepada pimpinan, terhadap transportasi laut, feri, yang tadinya bisa membawa hasil tangkapan ikan ini ke Batam dan Tanjungpinang, dengan tidak adanya feri, itu juga akan terlambat. Ini yang akan kita bicarakan dengan pimpinan, apakah ada solusi-soluai atau kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pimpinan di atas,” jelas Yusrizal.
Sementara itu, Musrifana, salah seorang penampung ikan dari Desa Tanjung Dua, Kecamatan Selayar, mengatakan kalau penutupan akses yang ada, akan berdampak bagi pengiriman.
“Kalau bagi kami yang di sektor perikanan ini, salah satu dampak yang jelas itu adalah penutupan akses kami ke Batam dan ke Tanjungpinang. Itu akan berpengaruh kepada pengiriman, kita tidak bisa mengirim lagi. Tetapi inikan betul-betul berpengaruh dampaknya. Kalau itu lancar, kami juga akan lancar. Kalau dampaknya, dampak pemasaran, dampak transportasi. Kalau pengaruh harga, itu menyesuaikan pasaran. Artinya, dampak ke masyarakat atau nelayan, dampaknya akan ada. Penghasilan mereka tetap akan berkurang. Karena ada dampak penurunan harga, pembatasan jumlah,” kata Musrifana.
Musrifana berharap Pemkab Lingga memberikan perhatian atau mencarikan solusi lainnya, terkait permasalahan transportasi tersebut.
“Harapan tentunya harus ada perhatianlah. Salah satunya adalah dibukanya transportasi atau dicarikan solusinya. Jangan dibiarkan berlarut-larut. sementara akses pengiriman terbatas dan itu akan berpengaruh kepada produktivitas kita semua, harap Musrifana.
Sedangkan rekannya, Abdul Gani atau Katuang, salah seorang penampung ikan dari Kecamatan Kepulauan Posek, mengaku kalau saat ini nelayan di daerahnya masih melaut seperti biasa.
“Biarpun saat ini orang tidak berani keluar rumah, namun nelayan tetap melaut,” kata Katuang. (Im).