Selingga.com(20/04) Daik.Gunung Daik yang terkenal di Kepulauan Riau dengan beragam cerita misteri, hikayat maupun dengan potensi wisata. Mulai dari patahnya puncak Cindai Menangis yang dikaitkan dengan meninggalnya Datok Kaye Montel di jaman Kesultanan Lingga-Riau, cerita tentang ihwal peminjaman peralatan pesta dari penunggu Gunung Daik dan masih banyak kisah lain yang menjadi buah bibir hingga kini.
Kesohoran Gunung Daik menjadikan salah satu tujuan Penelitian dalam ekspedisi Gurindam Sakti oleh sejumlah prajurit TNI. Tim terdiri dari personil Korem (komando Resor Militer) 033 WP (Wira Pratama), Kodim (Komando Distrik Militer) 0315 Bintan, Koramil (Komando Rayon Militer) 05 Lingga dan mahasiswa dari UMRAH (Universitas Maritim Raja Ali Haji). Dalam melaksanakan Ekspedisi dan Penelitian di Gunung Daik tersebut, Tim bentukan Korem didampingi oleh pengurus KePAL (Komunitas pecinta alam lingga).
Selama 3 hari 2 (16-18 April) malam berkelana di hutan alami menyeberangi sungai, menyusur lereng, mengarungi lembah dan rawa, mendaki perbukitan dan menerobos semak belukar. Tak jarang tim harus mengeluarkan kapak dan parang guna membersihkan jalan dari pohon-pohon yang tumbang.
Nurazam salah satu personil dari Koramil 05 Lingga mengagumi sekaligus menyayangkan potensi Alam Gunung Daik. “Hutan ini begitu alami, sungai yang bersih dan jernih, keragaman hayati yang dapat dijadikan referensi penelitian lanjutan. Namun sayangnya kurang dapat perhatian dari instansi terkait, misalnya tempat peristirahatan yang mulai lapuk dan semak, rambu-rambu yang tidak memadai dan jembatan gantung yang sudah tidak aman lagi buat menyeberangi sungai.”
Ditempat terpisah, hal senada juga disampaikan Sutarman salah satu pengurus KePAL, ” Jalur Kegunung daik tak dirawat dengan baik fasilitas yang ada menjadi rusak dan tak layan lagi padahal ikon Kabupaten Lingga adalah Gunung Daik Bercabang Tiga salah satu wisata para pecinta Alam dan para pertualangan, diharapkan kedepan untuk menarik minat wisatawan lokal maupun asing lokasi pendakian Gunung Daik mestinya dikelola dengan baik, perawatan jalur, fasilitas peristirahatan, serta faktor pendukung lainnya seperti rambu-rambu gunung, map atau peta dan lain sebagainya”.(Ib)
