Selingga.com (13/04). Setiap tahun, ribuan lulusan SMA di Indonesia dihadapkan pada pertanyaan besar: lanjut kuliah atau langsung kerja? Pertanyaan ini semakin relevan di tengah maraknya kisah sukses tokoh-tokoh muda yang mampu membangun bisnis raksasa tanpa selembar ijazah sarjana. Maka tak heran jika pertanyaan “Apakah kuliah itu penting?” makin sering terdengar, tidak hanya di kalangan siswa, tetapi juga orang tua dan dunia kerja.
Namun, sebelum menjawabnya, kita perlu melihat ke realita pendidikan dan dunia kerja hari ini.
Ijazah Tak Lagi Jadi Tiket Emas
Di era digital seperti sekarang, keterampilan seringkali lebih dicari daripada gelar. Banyak perusahaan rintisan dan bahkan korporasi besar mulai mempertimbangkan portofolio dan pengalaman kerja sebagai tolak ukur utama, bukan lagi sekedar gelar akademis. Seseorang yang jago coding, desain, atau digital marketing bisa mendapat pekerjaan bergaji tinggi meski tanpa ijazah formal.
Di sisi lain, masih banyak sektor pekerjaan terutama di pemerintahan dan perusahaan konvensional yang menjadikan gelar sarjana sebagai syarat mutlak. Ini menunjukkan bahwa meski nilai ijazah mulai bergeser, ia belum sepenuhnya kehilangan daya tawarnya.
Kuliah Itu Lebih dari Sekadar Kelas
Namun membicarakan pentingnya kuliah bukan hanya soal pekerjaan. Kampus, bagi banyak orang, adalah tempat belajar berpikir kritis, berorganisasi, bersosialisasi, hingga membentuk karakter. Di sinilah orang mengenal berbagai sudut pandang, belajar bertahan hidup di luar rumah, bahkan menemukan arah hidup.
Banyak juga yang menemukan jejaring (networking) yang sangat berharga di bangku kuliah jejaring yang kelak menjadi jalan menuju kesempatan kerja atau usaha.
Solusi Bukan Hitam Putih
Artinya, tidak ada jawaban tunggal untuk pertanyaan “Apakah kuliah penting?” Bagi sebagian orang, kuliah bisa jadi jalan terbaik untuk membuka pintu masa depan. Bagi yang lain, terutama yang memiliki kejelasan visi dan keterampilan spesifik, jalur non-formal bisa jadi lebih relevan dan efektif.
Yang penting, sistem pendidikan kita perlu lebih fleksibel dan adaptif. Dunia berubah cepat, dan kurikulum pendidikan harus mampu mengejar laju perkembangan teknologi dan kebutuhan industri. Pendidikan harus memberi bekal keterampilan nyata, bukan sekadar tumpukan teori.
Penutup: Bukan Soal Penting atau Tidak, Tapi Soal Tujuan
Pada akhirnya, kuliah bukan soal penting atau tidak penting, tapi soal untuk apa kita kuliah. Jika kita tahu tujuan kita, kuliah bisa jadi jembatan yang kuat. Tapi kalau hanya ikut-ikutan, kuliah bisa berubah menjadi beban mahal tanpa arah.
Pendidikan adalah hak sekaligus alat. Bagaimana kita menggunakannya, itulah yang menentukan masa depan kita.(Jesika Anatasia)