Ratusan Penyair "Tumpah" di Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2019

Lingga207 Views
banner 468x60

Selingga.com (29/10) Tanjungpinang. Yayasan Jembia Emas bekerjasama dengan Dewan Kesenian Propinsi Kepri, Dinas Kebudayaan Propinsi Kepri, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjung Pinang dan Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Bintan, gelar tahun ke-2 Festival Sastra Gunung Bintan (FSIGB) 2019. Mengambil tema “Segara Sakti Rantau Bertuah”, kegiatan yang melibatkan ratusan penyair dari 3 negara itu, dibuka oleh Plt Gubernur Kepri, Isdianto, pada Senin (28/09) malam tadi di Gedung Daerah, Tanjungpinang Kepri.
Diambilnya tema “Segara Sakti Rantau Bertuah” dalam FSIGB 2019 itu, merupakan kata lain dari pengambaran kawasan kemaritiman yang dulunya masuk kedalam wilayah Kerajaan Melayu.

Ketua Pembina Yayasan Jembia Emas, Rida K Liamsi

“Pada malam ini kita bersama-sama menghadiri acara pembukaan Festival Sastra Internasional Gunung Bintan (FSIGB) 2019. Festival ini merupakan yang kali kedua, setelah tahun sebelumnya dilaksanakan pada 2018. Tahun ini kita mengusung tema “Segara Sakti Rantau Bertuah”. Ini adalah sebuah tema yang telah lama terkenal di Negeri Melayu ini, yang mempunyai makna lainnya adalah kawasan maritim yang membentang dari laut Cina Selatan sampai ke Selat Berhala, ke Selat Karimata dan sampai ke Selat Malaka dalam satu kawasan yang dulunya dikuasai oleh Kerajaan Melayu, dan itulah yang kita sebut sebagai Kawasan Melayu dan diterjemahkan sebagai Segara Sakti Rantau Bertuah,” kata Rida K Liamsi, selaku Ketua Pembina Yayasan Jembia Emas, dalam sambutannya saat itu.
Rida K Liamsi juga menambahkan kalau tema yang ada, disampaikan kepada para penyair dengan bentuk penulisan puisi.
Ratusan Penyair “Tumpah” di Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2019. (Foto : istimewa)

“Segara Sakti itu milik kawasan maritim, sedangkan Rantau Bertuah itu adalah kawasan-kawasan lain yang ada disekitarnya, yang menerima kemakmuran dari pada Rantau Sakti itu. Tahun ini tema itu kita sampaikan kepada teman-teman seluruh Indonesia, dengan cara menulis puisi. Kemudian puisi-puisi mereka itu kita kumpulkan dan kita terbitkan dalam sebuah antologi, yang kami namakan Jazirah 2 yang merupakan lanjutan dari Jazirah 1. Lalu kami mengusung tema,” Mengisi Jejak Laksamana Hang Tuah. Kalau yang saat ini kami namakan “Segara Sakti Rantau Bertuah”. Insya Allah nanti kita temukan tema-tema yang lain,” tambah Rida.
Rida K Liamsi berharap festival yang ada tersebut, dapat menjadi agenda tahunan nantinya.
“Kami berharap festival ini akan menjadi sebuah tradisi, yang diadakan setiap tahunnya. Tahun ini peserta yang mengikuti FSGB sangat banyak, 226 orang dari 17 provinsi di Indonesia ditambah dengan Malaysia, Singapura dan wilayah-wilayah lainnya. Dari 226 orang itu, ada 150 orang yang hadir pada malam ini,” kata Rida.
Seminar Sastra yang berlangsung di Bintan Beach Resort

Rida juga menambahkan, kalau mulai besoknya (Selasa, 29/10) rangkaian kegiatan sudah dimulai dengan menggelar seminar terkait dengan pantun.
“Besok kita mulai dengan sebuah seminar yang mengambil tema “Pantun Sebagai Akar Puisi Moderen Nusantara” dan inilah negeri yang sekarang mengemban pantun itu, menyelenggarakannya dan menjadikannya sebagai salah satu tradisi dalam kehidupan sehari-hari,” tambah Rida K Liamsi.
Sedangkan Plt.Gubernur Kepri, dalam sambutannya saat itu, memberikan apresiasi terhadap pihak penyelenggara kegiatan Festival Sastra Gunung Bintan (FSGB) Tahun 2019 tersebut.
“Tentunya Pemerintah Provinsi Kepri mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Pak Rida dan jajarannya, yang telah melaksanakan acara ini. Alhamdulillah yang saya tahu, kegiatan yang ada berjalan dengan lancar. Harapan saya dengan kegiatan ini, peserta dari Singapura dan Malaysia ini tentunya akan berkeliling di Kota Tanjung Pinang dan Penyengat, Pantai Impian, dan saya rasa dengan banyaknya orang datang ketempat kita, tentunya akan menyebar keluar atau setidaknya menyampaikan kepada keluarga, tentang kondisi Tanjung Pinang yang luar biasa indahnya,” kata Isdianto.
Diskusi Sastra yang di moderator oleh Fatih Muftih (tengah)

Sebelumnya pada Senin (28/10) para peserta FSIGB 2019 melakukan registrasi kedatangannya. Malamnya para penyair dari tiga negara ini diarahkan untuk mengikuti kegiatan pembukaan yang di laksanakan di Gedung Daerah Tanjung Pinang. Selanjutnya pada Selasa (29/10) tadi, usai sarapan, para penyair mengikuti jalannya seminar yang dipandu oleh Fakhrunnas MA Jabar dan Rendra Setya Diharja, dengan menampilkan pembicara Hasan Aspahani, M.M (Jakarta), Prof. Dr. Salleh Rahamad (Malaysia) dan Dr. Mukjizah (Jakarta). Untuk sesi kedua usai ishoma, seminar dilanjutkan dengan menampilkan pembicara Prof. Madya Dr. Nurhayati Abdul Rahman (Malaysia), Prof. Abdul Hadi WM (Jakarta) dan Dr. Abdul Malik, M.Pd (Kepri). Malamnya dilanjutkan dengan “Pesta Puisi” sebanyak 30 orang penyair di Pantai Impian, yang dikoordinator oleh Fatih Muftih. Peserta juga diajak untuk menikmati kuliner asam pedas ikan sembilang.
Dihari ketiga kegiatan (Rabu, 30/10), diagendakan para peserta akan diarahkan ke Pulau Penyengat untuk melakukan ziarah budaya. Di sini, peserta FSIGB 2019 akan diajak berkunjung ke Makam Raja Ali Haji, ke bekas tapak Rusdiyah Club, ke bekas rumah pengarang Riau Lingga, Mohd Abu Adnan. Disemua tempat kunjungan, akan diselingi dengan pembacaan Gurindam dan Syair. Selanjutnya peserta akan diajak makan bersama dengan Walikota Tanjungpinang, dan dilanjutkan dengan diskusi sela bersama Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri. Kemudian dilakukan pembacaan puisi dari peserta. Selanjutnya peserta kembali ke Tanjung Pinang untuk persiapan pembacaan puisi malamnya, sambil melaksanakan pesta durian di Cafe Kopi Sekanak. Kemudian para peserta akan dijamu makan malam dengan Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Tanjung Pinang. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi sastra tentang Antologi Puisi Jazirah 1, dengan menampilkan kritikus Prof. Maman S Mahayana dan dilanjutkan dengan pembacaan puisi dari para peserta.
Pada Kamis (31/10) nantinya, kegiatan diagendakan dari pagi setelah usai sarapan, para peserta FSIGB 2019 akan dibawa ke Bintan untuk mengikuti acara ziarah wisata ke Negeri Para Laksamana. Setelah itu para peserta diarahkan ke Lagoi melalui Berakit, Pantai Trikora, Lagoi dan kembali lagi ke Taman Pancing Payo Tomo. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi sela yang akan diisi oleh Taufik Ikram Jamil, serta dilanjutkan dengan pembacaan puisi dari peserta. Malamnya dilakukan acara penutupan Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2019 dan juga di isi dengan pembacaan puisi dari peserta. (Im).

banner 325x300
Baca juga :   Nelayan Posek, Tersambar Petir, Meninggal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *