Stunting, Masih Banyak di Lingga

Lingga576 Views
banner 468x60

Selingga.com (06/12) Dabo. Sosialisasi Teknis Pendidikan Keluarga pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dalam rangka Intervensi Penurunan Prevalensi Stunting di Kabupaten Lingga, dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Lingga pada Rabu (04/12) tadi. Acara Bimbingan Pendidikan Keluarga (Bindikel) yang melibatkan guru PAUD dan TIM Penggerak PKK kecamatan serta desa seKabupaten Lingga itu dilaksanakan di Gedung Nasional, Dabo Singkep, Kabupaten Lingga.
“Masyarakat di sekitar kita, terutama di 10 desa stunting ini, kita undang, dari guru PAUD formal dan non formal, posyandu, tim penggerak PKK dari kabupaten dan kecamatan, serta desa agar mereka menyosialisasi hasil yang kita dapat hari ini ke masyarakat,” kata Rukiah, selaku panitia kegiatan saat itu.
Rukiyah mengaku kalau saat ini masih banyak penderita stunting di Kabupaten Lingga.
“Program stunting untuk Kabupaten Lingga, baru tahun 2019 ini. Sebenarnya banyak (stunting-red), cuma kadang-kadang masyarakat, dia menyembunyikan anaknya yang kurang gizi. Mungkin malu atau bagaimana kalau diekspos. Jadi, dari kader kita tidak memperoleh data (akurat-red). Sebenarnya untuk tahun 2020, kita bertambah lagi. Jadi, lokus desa stunting kita bertambah. Mudah-mudahan ke depannya, berubah, setelah ada sosialisasi di masyarakat,” kata Rukiyah kepada pihak media.
Sementara itu, Srinawati, salah satu peserta dari Kecamatan Lingga mengatakan kalau di daerah mereka, terdapat 32 penderita stunting untuk usia 0-2 tahun.

Ketua PKK Kecamatan Lingga, Srinawati

“Kalau Kecamatan Lingga, dari 10 desa yang ada, 0-2 tahunnya 32 orang. Tetapi kalau untuk di bawah 5 tahunnya, ada 64 orang. Terakhir kita pendataannya di tahun 2019 ini. Kita tetap pantau berdasarkan laporan dari posyandu. Kalau kemarin (tahun 2018), malah lebih,” kata Srinawati, selaku Ketua PKK Kecamatan Lingga.
Srinawati juga menambahkan kalau sebelumnya, saat kedatangan ibu Gubernur Kepri, data yang disampaikan ke pihak provinsi, hanya ada 3 desa yang ada stuntingnya.
“Laporan dari Kabupaten Lingga, 3 desa. Sementara itu, ada 10 desa. Jadi, saya ingin tahu, faktanya berapa. Sementara yang kami, 10 desa sama 1 kelurahan, semua itu ada. Cuma laporan ke gubernur itu kapan, saya pun tidak tahu karena ibu gubernur datang November tadi, dia bilang cuma 3 desa,” jelas Srinawati.
Hal tersebut ditanggapi Rukiyah dengan mengatakan kalau permasalahan beda data tersebut kemungkinan adanya salah informasi.
“Mungkin itu salah informasi. Mungkin ibu gubernur memperoleh informasi yang memberikan informasi itu tidak paham, mungkin,” kata Rukiyah kepada pihak media.
Sedangkan Perwakilan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemendikbud, Dra. Suarseh, berharap stunting dapat dihindari di Kabupaten Lingga.
“Kita dari kementerian itu berharap, stunting itu dihindari karena selama ini ketidaktahuan masyarakat tentang gizi. Lingga inikan kaya dengan ikan, tetapi kenapa ada stunting, berdasarkan data-data yang ada itu. Mudah-mudahan menurun. Kenapa stunting, apakah karena pola makan, pola hidup yang masih kurang dipedulikan oleh ibu-ibu rumah tangga,” kata Suarseh.
Perwakilan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemendikbud, Dra. Suarseh

Suarseh juga meminta peserta mengikuti jalannya kegiatan hari itu bisa menyosialisasikannya ke masyarakat.
“Alhamdulillah, berkat kebijaksanaan dari pusat dengan turun ke daerah, program ini sangat gencar. Agar anak-anak kita, usia dari 100 hari, 0-6 tahun, menerima asupan-asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan badannya. Semoga dari stokholder yang kita rangkul tadi, sepulang dari sini, mereka akan menyosialisasikan ini karena Bimbikel ini merupakan program prioritas, jangan sampai ada lagi anak yang kurang gizi,” kata Suarseh kepada pihak media. (Im).

banner 325x300
Baca juga :   Ada apa? Dua organisasi wartawan duduk bersama di Pantai Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *